BERITA TREN – Kanker ovarium menjadi jenis kanker terbanyak ketiga yang diderita wanita Indonesia. Sejauh ini penyakit yang menyerang organ kewanitaan ini belum diketahui penyebabnya, tetapi akibat fatalnya adalah kematian.
Badan amal kanker terbesar di dunia, Target Ovarian Cancer menjadikan Hari Kanker Ovarium Internasional yang jatuh pada 8 Mei sebagai kampanye membangun kesadaran kolektif atas pemahaman dan pencegahan penyakit organ kewanitaan berbahaya ini.
Tak hanya kampanye bahaya dan pencegahan kanker ovarium saja, Target Ovarian Cancer juga mendanai penelitian penyelamatan jiwa dan memberi bantuan pengobatan kepada wanita yang terpapar penyakit berbahaya yang menyerang organ kewanitaan ini.
Kanker ovarium adalah jenis kanker organ kewanitaan yang sering ditemukan di samping kanker payudara dan kanker serviks. Ancaman serius penyakit ini adalah kematian.
Meski sama-sama terjadi di sistem reproduksi atau organ kewanitaan, dan memiliki resiko yang sama, yaitu kematian. Perbedaan kanker serviks dan kanker ovarium terletak pada lokasi kankernya.
Kanker ovarium bisa menyerang wanita pada semua usia, namun lebih banyak ditemukan pada wanita di atas usia 50 tahun, di beberapa kasus juga ditemukan terjadi pada wanita usia muda.
Penyebab Kanker Ovarium
Penyebabnya hingga kini masih belum diketahui secara pasti. Kendati demikian, terdapat beberapa faktor resiko kanker ovarium yang perlu diwaspadai, seperti; kebiasaan merokok, usia di atas 50 tahun, terapi hormon pasca-menopause, belum pernah hamil.
Termasuk ada memiliki keluarga kandung dengan riwayat kanker ovarium atau kanker payudara, pernah menjalani radioterapi, obesitas, endometriosis, atau sindrom Lynch, dan menstruasi pertama terjadi pada usia muda, yaitu dibawah 12 tahun.
Jarang terjadi tetapi pernah ditemukan, kanker ovarium juga bisa muncul karena berkembangnya kista ovarium yang tidak ditangani dengan tepat.
Baca Juga: Jelaskan Apa Keterkaitan Antara Optimis Ikhtiar dan Tawakal! Begini Referensi Jawabannya
Gejala Kanker Ovarium
Pada stadium awal biasanya tidak menunjukkan gejala. Terdeteksi biasanya justru ketika sudah memasuki stadium lanjut atau telah menyebar ke bagian tubuh lainnya.
Gejala kanker ovarium stadium lanjut juga tidak terlalu spesifik dan bisa mirip dengan gejala penyakit lain. Beberapa gejalanya adalah: perut bengkak membesar, nyeri perut, keluar darah dari vagina, nyeri saat berhubungan seksual, sakit punggung bagian bawah.
Gejala lainnya; sembelit, penurunan berat badan tanpa alasan jelas, mual, perut terasa kembung (cepat merasa kenyang), tiba-tiba ingin buang air kecil, dan terjadi perubahan siklus menstruasi pada penderita yang masih mengalami menstruasi.
Baca Juga: Tubuh Harum Aroma Coklat Sepanjang Hari, Pakai Beberapa Pilihan Rekomendasi Parfum Aroma Coklat Ini!
Kapan harus ke dokter
Pemeriksaan ke dokter bila ditemukan benjolan di perut atau sering mengalami gejala gangguan pencernaan, seperti perut kembung, cepat kenyang, sakit perut atau sembelit. Pemeriksaan ini perlu dilakukan bila gejala tersebut sudah berlangsung selama 2 minggu.
Diagnosis Kanker Ovarium
Pemeriksaan biasanya akan diawali dengan wawancara medis dan pemeriksaan fisik. Dokter akan menanyakan keluhan, dan merunut riwayat penyakit keluarga serta memeriksa kondisi fisik pasien untuk menemukan gejala yang dapat dilihat secara kasat mata.
Selanjutnya, dokter akan melakukan pemeriksaan penunjang yang meliputi:
– Pemeriksaan panggul (biopsis), yakni prosedur medis dengan memasukkan jari dalam vagina untuk meraba organ panggul.
Dokter akan mengambil sampel jaringan ovarium untuk diteliti di laboratorium. Pemeriksaan ini dapat menentukan ada tidaknya kanker ovarium pada pasien.
– Tes pencitraan atau pemindaian untuk mendapatkan gambaran struktur serta kondisi ovarium pasien. Tes pencitraan yang dimaksud adalah mendiagnosis kanker ovarium dengan pemeriksaan MRI, USG, dan CT scan.
Baca Juga: Makan Banyak Tetap Cantik Dengan Rekomendasi Lip Stain Murah Terbaik yang Ada di Indonesia
– Tes darah untuk melihat kadar protein CA-125. Kadar protein CA-125 yang tinggi dalam darah menjadi tanda keberadaan kanker dalam tubuh.
Stadium Kanker Ovarium
Berdasarkan tingkat keparahannya, kanker ini dibedakan menjadi empat stadium, yaitu:
– Stadium 1
Kanker terdapat di salah satu atau kedua ovarium dan belum menyebar ke organ lain.
– Stadium 2
Kanker sudah menyebar ke jaringan dalam rongga panggul atau rahim.
– Stadium 3
Kanker sudah menyebar ke selaput perut (peritoneum), permukaan usus, dan kelenjar getah bening di panggul atau perut.
– Stadium 4
Kanker sudah menyebar ke organ lain yang letaknya jauh, seperti ginjal, hati, atau paru-paru.
Pengobatan Kanker Ovarium
Penanganan kanker ovarium disesuaikan dengan tingkat keparahan dan kondisi pasien. Diantaranya pertimbangan jika pasien masih ingin memiliki keturunan.
Baca Juga: Pastikan Sudah Tahu Beberapa Jenis Parfum yang Banyak Beredar di Pasaran, Biar Nggak Salah Beli!
Tindakan medis yang bisa dilakukan untuk mengobati kanker ovarium adalah :
1. Tindakan Operasi
Salah satu tindakan medis yang sering dilakukan untuk menangani kanker ovarium adalah operasi. Tujuannya untuk mengangkat salah satu atau kedua ovarium dan jaringan sekitarnya yang terdapat sel kanker.
Bila sel kanker sudah menyebar ke rahim akan dilakukan prosedur histerektomi yaitu pengangkatan rahim. Konsekuensinya jika tindakan ini dilakukan bisa membuat pasien tidak dapat memiliki anak lagi.
2. Perawatan Kemoterapi
Tindakan lain yang dapat diambil untuk menangani kanker ovarium adalah perawatan kemoterapi. Dokter akan memasukkan obat-obat pembunuh sel kanker ke dalam tubuh pasien melalui intravena atau oral.
Beberapa jenis obat yang digunakan pada kemoterapi adalah; Carboplatin, Paclitaxel, Etoposide, Gemcitabine.
3. Perawatan Radioterapi
Perawatan ini adalah tindakan medis menggunakan sinar X dan proton untuk membunuh sel kanker pada ovarium. Ini biasanya dilakukan setelah pasien melakukan tindakan operasi guna membersihkan sel kanker yang tersisa.
4. Terapi Maintenance
Perlu diketahui, pasien yang sudah menyelesaikan terapi kanker ovarium tetap beresiko mengalami kambuh dalam beberapa tahun. Dokter akan menyarankan terapi maintenance melalui pemberian obat-obatan.
Terapi maintenance diberikan pada pasien stadium 3 dan 4 yang telah menjalani operasi atau kemoterapi dan menunjukkan respon lengkap atau respon sebagian.
Respon lengkap artinya tanda-tanda keberadaan kanker sudah tidak lagi ditemukan setelah terapi, sementara respon sebagian berarti pasien sudah mengalami perbaikan,tetapi sel-sel kanker belum sepenuhnya hilang dari tubuh.
Pencegahan Kanker Ovarium
Meskipun saat ini belum ada cara untuk mencegah kanker ovarium, pencegahan utama yang bisa dilakukan adalah dengan mengurangi faktor resikonya.
Beberapa upaya mandiri yang dapat digunakan untuk mencegah terjadinya kanker ovarium adalah sebagai berikut: Menggunakan pil KB sesuai anjuran dokter, melahirkan, menyusui.
Menjaga berat badan ideal dengan mengonsumsi makanan sehat dengan gizi berimbang dan rutin berolahraga, memeriksa kesehatan organ reproduksi ke dokter secara rutin, mengobati gangguan endometrium atau kista ovarium dengan tepat.
Serta konsultasi dengan dokter jika mau menjalani terapi pengganti untuk meredakan gejala menopause, karena terapi ini beresiko menyebabkan kanker ovarium, terutama bila memiliki keluarga dengan riwayat kanker ovarium atau kanker payudara.
Komplikasi Kanker Ovarium
Kanker ovarium dapat menimbulkan komplikasi, terutama jika sudah memasuki stadium lanjut. Komplikasi ini terjadi karena sel-sel kanker sudah menyebar ke organ tubuh lainnya.
Beberapa komplikasi yang sering muncul, adalah: perforasi atau lubang pada usus, penimbunan cairan di selaput paru-paru (efusi pleura), penyumbatan saluran kemih, dan penyumbatan usus.
***