BERITA TREN – Nama Ustaz Adi Hidayat (UAH) sempat mencuat sebagai kandidat pengganti Gus Miftah untuk posisi utusan khusus presiden di bidang kerukunan beragama dan pembinaan sarana keagamaan.
Isu ini muncul setelah kontroversi yang melibatkan Gus Miftah dengan pedagang es teh keliling di Magelang beberapa waktu lalu.
Sejumlah pihak menyebut Ustaz Adi Hidayat sebagai sosok yang tepat untuk mengisi posisi tersebut. UAH dikenal luas sebagai ulama muda dengan wawasan agama mendalam dan pendekatan dakwah yang penuh hikmah.
Namun, kabar tersebut segera ditepis oleh UAH melalui klarifikasi di media sosial.
Baca Juga: Ciptakan ASN Unggul ala Menteri Rini Widyantini: Korpri punya tanggung jawab
Bantahan Tegas Ustaz Adi Hidayat
Dilansir BeritaTren.com dari unggahan akun TikTok @dianhasan17, Ustaz Adi Hidayat menyatakan bahwa isu pengangkatannya sebagai staf khusus presiden tidak benar.
“Isu ditetapkannya, diresmikannya, diangkatnya sebagai stafsus presiden, melalui video ini saya sampaikan bahwa isu dimaksud tidak benar,” tegas UAH.
Dalam video klarifikasinya, ia juga menyampaikan bahwa masih banyak sosok lain yang lebih pantas untuk mengemban posisi tersebut.
“Saya berkeyakinan bahwa banyak orang-orang yang lebih baik, banyak orang-orang yang lebih pantas,” ujarnya.
Keyakinan pada Hak Prerogatif Presiden
Ustaz Adi Hidayat menekankan bahwa keputusan mengenai pengisian posisi utusan khusus presiden sepenuhnya berada di tangan presiden.
Ia percaya bahwa presiden memiliki hak prerogatif untuk menentukan siapa yang paling layak dan berkualitas untuk tugas tersebut.
Meskipun membantah isu yang beredar, UAH tetap menyampaikan harapan agar siapapun yang nantinya dipilih dapat menjalankan tugasnya dengan baik demi menjaga kerukunan umat beragama di Indonesia.
“Presiden tentu lebih mengetahui siapa yang lebih layak untuk posisi tersebut,” tambahnya.
Warganet Masih Perdebatkan Kandidat Pengganti Gus Miftah
Meski UAH telah membantah kabar tersebut, diskusi mengenai siapa yang layak menggantikan Gus Miftah terus berlanjut di kalangan warganet.
Sebagian pendukung UAH tetap menganggapnya sebagai kandidat ideal karena wawasan agama dan pengaruh positifnya dalam dakwah.
Di sisi lain, kontroversi yang melibatkan Gus Miftah juga membuat publik semakin memperhatikan posisi utusan khusus presiden.
Banyak yang berharap pengganti di posisi tersebut mampu membawa dampak positif dalam upaya menjaga harmoni dan toleransi beragama di Indonesia.
Terlepas dari perdebatan yang berkembang, hingga kini belum ada pernyataan resmi dari pihak istana terkait perubahan posisi atau kandidat baru untuk jabatan tersebut.
***