BERITA TREN – Belakangan sedang ramai berita mengenai merebaknya virus Oropouche yang ditemukan di Indonesia. Pemerintah mulai mengajak masyarakat untuk lebih waspada dengan virus ini.
Virus Oropouche ini sendiri merupakan patogen yang dikenal sebagai penyebab penyakit demam Oropouche, yang merupakan salah satu arbovirus (virus yang ditularkan oleh serangga) utama di Amerika Selatan dan Tengah.
Virus Oropouche ini pertama kali diisolasi pada tahun 1955 di Trinidad dan Tobago. Sejak itu, telah terjadi beberapa wabah, terutama di Brasil, Peru, dan Panama.
Virus Oropouche termasuk dalam genus Orthobunyavirus dan keluarga Peribunyaviridae.
Penyebaran virus ini terjadi melalui gigitan serangga vektor, khususnya midge Culicoides paraensis, yang dikenal juga sebagai ‘no-see-ums‘ atau ‘biting midges‘.
Selain itu, virus ini juga dapat ditularkan melalui gigitan nyamuk Culex quinquefasciatus dan Anopheles spp.
Gejala Virus Oropouche
Gejala infeksi virus Oropouche biasanya muncul dalam waktu 4 hingga 8 hari setelah gigitan serangga yang terinfeksi.
Gejala yang paling umum termasuk demam tinggi, sakit kepala, nyeri otot dan sendi, mual, muntah, dan ruam.
Pada beberapa kasus, infeksi ini dapat menyebabkan meningitis atau meningoensefalitis, yang merupakan peradangan pada selaput otak dan sumsum tulang belakang, yang dapat berakibat fatal jika tidak ditangani dengan baik.
Baca Juga: Mengapa virus disebut sebagai parasit obligat, klik disini dan temukan jawabannya..
Diagnosis
Diagnosis infeksi virus Oropouche dilakukan melalui tes laboratorium, seperti PCR (Polymerase Chain Reaction) untuk mendeteksi materi genetik virus, atau melalui tes serologis untuk mendeteksi antibodi yang diproduksi oleh tubuh sebagai respons terhadap infeksi.
Hingga saat ini, belum ada vaksin yang tersedia untuk mencegah infeksi virus Oropouche. Pengobatan yang tersedia hanya bersifat simptomatis, yaitu meredakan gejala yang muncul.
Pencegahan
Untuk mencegah penyebaran virus Oropouche, langkah-langkah pengendalian vektor sangat penting.
Ini termasuk penggunaan kelambu, pakaian pelindung, dan obat nyamuk untuk mengurangi risiko gigitan serangga.
Selain itu, pengendalian populasi serangga vektor melalui penyemprotan insektisida dan pengelolaan lingkungan juga dapat membantu mengurangi penyebaran virus ini.
Dengan meningkatnya urbanisasi dan perubahan iklim, risiko penyebaran virus Oropouche dan penyakit-penyakit arboviral lainnya diperkirakan akan meningkat.
Oleh karena itu, upaya pencegahan dan penelitian lebih lanjut sangat diperlukan untuk mengatasi ancaman yang ditimbulkan oleh virus Oropouche ini. ***