BERITA TREN – Tradisi Halal-Bihalal adalah hal yang sering dilakukan oleh masyarakat di Indonesia pada saat menyambut hari raya Idul Fitri.
Halal Bihalal biasanya berupa acara berkumpulnya kerabat atau teman, dan inti acaranya adalah saling maaf memaafkan.
Menilik tradisi tersebut, amalan sunah ba’da Ramadhon ini merupakan hasil dari ijtihad ulama yang memiliki makna yang sangat penting.
Baca Juga: MasyaAllah! Simak Keutamaan Shalat Tarawih Malam ke 22, Dapatkan Keselamatan di Hari Kiamat
Menurut Ustadz Salim A.Fillah Halal Bihalal dicetuskan oleh seorang ulama besar nusantara bernama KH Abdul Wahab Hasbulloh.
Pencetusan tersebut dilakukan sebagai upaya menjaga salah satu tradisi keislaman yang diwariskan oleh para wali sebagai bentuk dakwah islam di nusantara.
Ustad Salim A.Fillah menyebutkan jika istilah Halal Bihalal sudah ada semenjak masa Sunan Gunung Jati sehingga tradisi keislaman ini sudah mengakar di Indonesia sejak abad ke-15 Masehi.
Makna penting dalam Halal-Bihalal adalah saling bermaaf-maafan antar keluarga, kerabat teman, tetangga atau dengan orang lain yang berinteraksi dengan kita dalam aktivitas keseharian.
Sholat dan puasa di bulan Ramadhan dapat membersihkan diri dari dosa kita kepada Allah SWT, seperti dalam sebuah hadist Nabi SAW.
“Sholat yang lima, jum’at ke jum’at dan Ramadhon ke Ramadhon berikutnya menjadi penghapus bagi seluruh dosa-dosa yang ada di antaranya.”
Ibadah lainya yang berfungsi untuk menggugurkan dosa, seperti sedekah, istigfar dan lainya. Dan semua amalan tersebut menyangkut dosa kita kepada Allah SWT.
Adapun dosa yang bersumber dari aktivitas di masyarakat atau dalam bermuamalah, maka dosa tersebut hanya dapat ditebus dengan saling memaafkan.
“Urusan muamalah kepada sesama itu urusan yang berat, urusan yang tidak mudah, urusan yang bisa bikin repot di akhirat”, ucap Ustadz Salim.
Dan luar biasanya ulama terdahulu di nusantara telah membuat tradisi Halal Bihalal atau Syawalan, dimana kemudian kita memiliki kebiasaan untuk saling memaafkan setelah Ramadhon.
Tindakan saling memaafkan ini menjadi pelengkap ampunan yang diperoleh dari Allah dengan ibadah-ibadah selama bulan Ramadhan.
Seorang ulama tabiin terkemuka bernama Sufyan Atsaury pernah berkata:
“Sesungguhnya menghadap Allah dengan membawa 1000 dosa kepada-Nya itu lebih ringan, daripada menghadap Allah dengan membawa satu dosa, satu kesalahan kepada sesama manusia”.***