BERITA TREN – Bagaimana tata cara sholat kafarat Jumat terakhir Ramadhan? Simak penjelasan lengkapnya pada artikel kali ini.
Mendekati akhir bulan Ramadhan, umat Islam memiliki beberapa amalan yang bisa dilakukan. Salah satunya adalah melaksanakan Sholat Kafarat pada Jumat terakhir bulan Ramadhan.
Tata cara sholat kafarat Jumat terakhir Ramadhan dimulai dengan niat yang ikhlas untuk melakukan ibadah ini sebagai bentuk penyesalan atas dosa-dosa yang telah dilakukan selama bulan suci Ramadhan.
Baca Juga: Bacaan Doa Sesudah Sholat Tarawih dan Witir: Dalam Bahasa Arab, Latin, dan Artinya
Kemudian, pada hari Jumat terakhir Ramadhan, setelah salat Jumat dilaksanakan, sholat kafarat diawali dengan dua rakaat sholat sunnah mutlaq dan dilanjutkan dengan dua rakaat sholat kafarat dengan membaca surat Al-Fatihah dan surat lain dalam setiap rakaatnya.
Sholat kafarat ini merupakan salah satu bentuk tobat kepada Allah SWT serta upaya untuk mendapatkan pengampunan-Nya.
Sholat Kafarat
Sholat Kafarat adalah salah satu jenis sholat yang dilakukan oleh seorang Muslim sebagai bentuk penebus dosa atas pelanggaran-pelanggaran tertentu.
Ini dapat dilakukan sebagai pengganti bagi pelanggaran atau kesalahan tertentu yang dilakukan, seperti meninggalkan shalat wajib tanpa alasan yang dibenarkan atau melakukan pelanggaran lainnya.
Prosedur shalat kafarat biasanya melibatkan melakukan shalat sunnah (nafilah) sebagai pengganti dari shalat yang terlewat atau terlalaikan.
Misalnya, jika seseorang telah meninggalkan beberapa shalat wajib, mereka mungkin diminta untuk melakukan shalat kafarat sebagai kompensasi atas shalat yang terlewat tersebut.
Baca Juga: Bacaan Niat Sholat Idul Fitri Sendirian di Rumah dalam Bahasa Arab dan Artinya, Apakah Ada Khutbah?
Namun, penting untuk dicatat bahwa shalat kafarat bukanlah pengganti untuk dosa-dosa besar seperti dosa syirik atau dosa besar lainnya.
Untuk dosa-dosa semacam itu, penting untuk bertaubat dengan sungguh-sungguh, melakukan perbaikan, dan berusaha untuk memperbaiki hubungan dengan Allah SWT.
Tata Cara Sholat Kafarat Jumat Terakhir Ramadhan
Tata cara sholat kafarat tidak jauh berbeda dengan sholat wajib pada umumnya.
Sholat ini terdiri dari empat rakaat dan langkah-langkahnya adalah sebagai berikut:
- Membaca niat sholat kafarat
نَوَيْتُ أُصَلِّيَ أَرْبَعَ رَكَعَاتٍ كَفَّارَةً لِمَا فَتَانِي مِنَ الصَّلَاةِ لِلَّهِ تَعَالَى
“Nawaitu usholli arba’a raka’atin kafaratan limaa faatanii minash-sholati lillaahi ta’alaa.”
Artinya: Saya berniat melaksanakan empat rakaat sholat kafarat karena terhalang dari melakukan sholat karena Allah Ta’ala.
- Membaca surat Al-Fatihah dan surat pendek, seperti surat Al-Qadr sebanyak 15 kali, diikuti dengan membaca surat Al-Kautsar sebanyak 15 kali.
- Melanjutkan dengan gerakan sholat wajib pada umumnya.
Doa Setelah Sholat Kafarat
Setelah menyelesaikan sholat kafarat, disarankan untuk membaca istighfar sebanyak 10 kali, sholawat nabi sebanyak 100 kali, dan membaca basmallah, hamdallah, serta syahadat, lalu membaca doa.
Adapun doa kafarat adalah sebagai berikut:
اَللَّهُمَّ يَا مَنْ لاَ تَنْفَعُكَ طَاعَتِيْ وَلاَ تَضُرُّكَ مَعْصِيَتِيْ تَقَبَّلْ مِنِّيْ مَا لاَ تَنْفَعُكَ وَاغْفِرْ لِيْ مَا وَلاَ تَضُرُّكَ يَا مَنْ إِذَا وَعَدَ وَفَا وَ إِذَا تَوَعِدُ تَجَاوَزَ وَعَفَا اِغْفِرْ لِيْ لِعَبْدٍ ظَلَمَ نَفْسَهُ وَأَسْأَلُكَ اَللَّهُمَّ إِنِّيْ أَعُوْذُ بِكَ مِنْ بَطْرِ اْلغِنَى وَجَهْدِ اْلفَقْرِ إِلَهِيْخَلَقْتَنِيْ وَلَمْ أَكُنْ شَيْئًاً وَرَزَقْتَنِيْ وَلَمْ اَكُنْ شَيْئاً وَارْتَكَبْتُ اْلمَعَاصِيْ فَإِنِّيْ مُقِرٌّ لَكَ بِذُنُوبِيْ فَإِنْ عَفََوْتَ عَنِّيْ فَلاَ يَنْقُصُ مِنْ مُلْكِكَ شَيْئاً وَإِنْ عَذَبْتَنِيْ فَلاَ يَزِدُ فِيْ سُلْطَاِنكَ شيئاً اَللَّهُمَّ إِنَّكَ تَجِدُ مَنْ تُعَذِّبُهُ غَيْرِي لَكِنِّيْ لاَ أَجِدُ مَنْ يَرْحَمْنِيْسِوَاكَ فَاغْفِرْ لِيْ مَا بَيْنِيْ وَبَيْنَكَ وَمَا بَيْنَ خَلْقِكَ اِرْحَمْنِيْ بِرَحْمَتِكَ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ وَيَا رَجَاءَ السّائِلِيْنَ وَيَا أَمَانَ اْلخَائِفِيْنَ إِرْحَمْنِيْ بِِرَحْمَتِكَ الْوَاسِعَةَ أَنْتَ أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ يَا رَبَّ الْعَاَلمِيْنَ. اَللَّهُمَّ اغْفِرْ ِللْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ وَتَابِعِ بَيْنَنَا وَبَيْنَهُمْ بِالْخَيْرَاتِ ربّ اغْفِرْ وَارْحَمْ وَ أَنْتَ خَيْرُالرَّاحِمِيْنَ وصل الله على سيّدنا محمّد وعلى ألِهِ وصحبه وسلّم تسليمًا كثيرًا والحمد لله ربّ العالمين. أمين.
“Allahumma yaa man laa tan-fa’uka tha’atii wa laa tadhurruka ma’shiyatii taqabbal minnii ma laa yanfa’uka waghfirlii ma laa yadhurruka ya man idzaa wa ‘ada wa fii wa idzaa tawa’ada tajaa wa za wa’afaa ighfirli’abdin zhaalama nafsahu wa as’aluka. Allahumma innii a’udzubika min bathril ghinaa wa jahdil faqri ilaahii khalaqtanii wa lam aku syai’an wa razaqtanii wa lam aku syaii’in wartakabtu al-ma’ashii fa-innii muqirun laka bi-dzunuubii. Fa in ‘afawta ‘annii fala yanqushu min mulkika syai’an wa-in adzdzaabtanii falaa yaziidu fii sulthaanika syay-‘an. Ilaahii anta tajidu man tu’adzdzi buhu ghayrii wa-anaa laa ajidu man yarhamanii ghaiyraka aghfirlii maa baynii wa baynaka waghfirlii ma baynii wa bayna khlaqika yaa arhamar rahiimiin wa yaa raja’a sa’iliin wa yaa amaanal khaifiina irhamnii birahmatikaal waasi’aati anta arhamur rahimiin yaa rabbal ‘aalaamiin. Allahummaghfir lil mukminiina wal mukminaat wal musliimina wal muslimaat wa tabi’ baynana wa baynahum bil khaiyrati rabbighfir warham wa anta khairur-rahimiin wa shallallaahu ‘alaa sayidina Muhammadin wa ‘alaa alihii wa shahbihi wasallama tasliiman katsiiran.”
Artinya:
“Yaa Allah, yang mana segala ketaatanku tiada artinya bagiMu dan segala perbuatan maksiatku tiada merugikanMu. Terimalah diriku yang tiada artinya bagiMu. Dan ampunilah aku yang mana ampunanMu itu tidak merugikan bagiMu. Ya Allah, bila Engkau berjanji pasti Engkau tepati janjiMu. Dan apabila Engkau mengancam, maka Engkau mau mengampuni ancamanMu. Ampunilah hambaMu ini yang telah menyesatkan diriku sendiri, aku telah Engkau beri kekayaan dan aku mengumpat di saat aku Engkau beri miskin.
Wahai Tuhanku Engkau ciptakan aku dan aku tak berarti apapun. Dan Engkau beri aku rizki sekalipun aku tak berarti apa-apa, dan aku lakukan perbuatan semua maksiat dan aku mengaku padaMu dengan segala dosa-dosaku. Apabila Engkau mengampuniku tidak mengurangi keagungan-Mu sedikitpun, dan bila Kau siksa aku maka tidak akan menambah kekuasaanMu, wahai Tuhanku, bukankah masih banyak orang yang akan Kau siksa selain aku.
Baca Juga: TOLONG PAHAMI! 3 Keutamaan Sholat Tahajud di Ramadhan, Amalkan agar Hati Tenang
Namun bagiku hanya Engkau yang dapat mengampuniku. Ampunilah dosa-dosaku kepadaMu. Dan ampunilah segala kesalahanku di antara aku dengan hamba-hambaMu. Ya Allah Yang Maha Pemurah dan Maha Pengasih dan tempat pengaduan semua pemohon dan tempat berlindung bagi orang yang takut. Kasihanilah aku dengan pengampunanMu yang luas.
Engkau yang Maha Pengasih dan Penyayang dan Engkaulah yang memelihara seluruh alam yang ada. Ampunilah segala dosa-dosa orang mu’min dan mu’minat, muslimin dan muslimat dan satukanlah aku dengan mereka dalam kebaikan. Wahai Tuhanku ampunilah dan kasihilah. Sesungguhnya Engkau Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.”
Baca Juga: Adakan Bukber Sampai Lupakan Sholat? Ustadz Abdul Somad Beri Peringatan Keras: Itu Perbuatan….
Hukum Sholat Kafarat
Terdapat perdebatan yang berkembang mengenai hukum sholat kafarat.
Dalam bukunya yang berjudul Kasyf al-Khafa’ wa al-Khilaf fi Hukmi Sholat al-Bara’ah min al-Ikhtilaf, Mufti Hadlramaut Yaman, Syekh Fadl bin Abdurrahman, mencatat perbedaan pendapat di antara para ulama terkait masalah ini.
Beberapa ulama memperbolehkan sholat kafarat, sementara yang lain menganggapnya sebagai sesuatu yang diharamkan.
Baca Juga: Telat Sholat Maghrib Berjamaah saat Ramdhan? Buya Yahya Anjurkan Buka Puasa Pakai Cara Ini Saja
Berikut adalah penjelasan yang disarikan dari laman NU Online:
- Pandangan yang Membolehkan
Menurut pandangan al-Qadli Husain, sholat kafarat diperbolehkan sebagai pengganti sholat fardhu yang terlupa atau diragukan pelaksanaannya.
Ketidakpastian atas keabsahan sholat yang telah dilakukan tidak memungkinkan seseorang untuk menentukan apakah sholat tersebut diterima oleh Allah SWT, terutama sholat yang telah lalu.
Larangan terhadap sholat kafarat didasarkan pada kekhawatiran bahwa sholat tersebut mungkin dianggap cukup untuk menggantikan seluruh sholat fardhu selama setahun.
Namun, jika kekhawatiran tersebut teratasi, maka larangan tersebut tidak berlaku lagi.
Dalam hal ini, penegasan atas amalan yang telah dilakukan oleh ulama besar dan wali Allah yang memiliki pemahaman mendalam akan makrifat, cukup menjadi argumen untuk membolehkan sholat kafarat.
- Pandangan yang Mengharamkan
Tidak ada petunjuk yang jelas mengenai sholat kafarat dari hadits Nabi atau kitab-kitab syari’ah, sehingga pelaksanaannya dapat dianggap sebagai penyelenggaraan ibadah yang tidak disyariatkan atau bahkan sebagai ibadah yang rusak.
Sebagaimana yang disampaikan oleh Ustadz Yusuf Suharto, dalil yang mengacu pada sholat kafarat seringkali adalah hadits maudhu’, yaitu hadits palsu yang tidak memiliki sanad yang dapat ditelusuri kembali kepada Nabi.
Menurut para ulama, apabila suatu amalan didasarkan pada hadits maudhu’, maka amalan tersebut tidak boleh dijalankan.
Baca Juga: Manfaat Menunaikan Sholat Tarawih Selama Ramadhan Diungkap Ustadz Adi Hidayat, Simak Baik-Baik!
Dalam kutipan dari laman MUI Jatim, Syaikh asy-Syaukani menegaskan bahwa hadits tersebut adalah hadits palsu tanpa adanya kejanggalan di dalamnya.
Keberadaan hadits palsu semacam ini umum terjadi di kalangan para ahli fikih di kota Sana’a pada masa tersebut, namun sulit untuk mengetahui siapa yang memalsukannya.
Mengkhususkan sholat kafarat pada Jumat terakhir bulan Ramadhan tidak didasarkan pada dasar yang jelas dalam syari’at.
Baca Juga: Bacaan Niat Sholat Witir Setelah Sholat Tarawih dalam Bahasa Arab dan Latin, Jangan Sampai Lupa
Dalam keterangan Syekh Ibnu Hajar al-Haitami, disebutkan bahwa tradisi melakukan sholat 5 waktu pada Jumat terakhir Ramadhan setelah sholat Jumat, dengan keyakinan bahwa sholat tersebut dapat menghapus dosa sholat-sholat yang ditinggalkan selama setahun atau bahkan sepanjang hidup, dianggap sebagai perbuatan haram atau bahkan kufur karena alasan yang tidak jelas.
Dalam pandangan Buya Yahya yang dikutip dalam kanal Youtube Al-Bahjah TV, Syekh Ibnu Hajar Al-Haitami menyatakan bahwa hukum sholat kafarat adalah sangat diharamkan.
Demikianlah penjelasan mengenai tata cara sholat kafarat Jumat terakhir Ramadhan. Semoga bermanfaat!***