Berita Tren – Displasia memiliki arti perkembangan sel dan jaringan yang tidak normal, akan tetapi ini bukan kanker.
Sedangkan Displasia serviks adalah suatu kondisi di mana terjadi perubahan abnormal pada sel di mulut rahim (Serviks).
Kondisi ini akan diketahui wanita jika melakukan pemeriksaan Pap smear. Pada kondisi seperti ini beberapa sel sehat pada serviks akan mengalami beberapa perubahan abnormal.
Baca Juga: Ini Dia Tanda-Tanda Kanker Prostat yang Sering Diabaikan oleh Kaum Pria, Kamu Wajib Tahu!
Sel abnormal tersebut tidak memiliki sifat kanker, namun jika tidak diatasi sedini mungkin bisa berkembang menjadi kanker.
Usia 25 hingga 35 tahun merupakan usia yang rentan terkena Displasia Serviks.
Penyebab Displasia
Penyebab Displasia serviks adalah adanya infeksi virus HPV atau Human Papillomavirus.
Infeksi ini dapat menular melalui kontak seksual, seperti seks oral ataupun seks anal.
Adapun beberapa faktor yang bisa menjadi penyebab displasia serviks telah kami rangkum sebagai berikut :
Baca Juga: Sepele, Tapi Kebiasaan Ini Bisa Sebabkan Kanker Payudara! Mulai dari Minum Alkohol Sampai Stres
- Menderita penyakit yang menekan pertumbuhan sistem kekebalan tubuh
- Berganti pasangan seksual
- Berhubungan seksual sebelum usia 18 tahun
- Melahirkan saat usia masih di bawah 16 tahun
Gejala Displasia
Gejala displasia tidak memberikan gejala atau tanda yang signifikan. Perubahan pada serviks akan terlihat jika melakukan skrining Pap Smear.
Dengan skrining, perubahan sel dalam mulut rahim akan terlihat dan diketahui dengan jelas, sehingga displasia dapat diatasi sebelum berkembang menjadi kanker.
Pap smear merupakan tes yang memeriksa keadaan beberapa sel pada mulut rahim, dan biasa dipakai sebagai pemeriksaan rutin untuk mendeteksi kanker serviks sejak dini.
Untuk pemeriksaan lebih lanjut bisa dilakukan dengan kolposkopi, prosedur kesehatan yakni dokter mengamati serviks lebih dekat, dilakukan dengan cara meneropong lebih dalam vagina hingga di dalam mulut rahim menggunakan kolposkop.
Baca Juga: Ini Dia 4 Kebiasaan Makan Terbaik Untuk Penderita Kanker Pankreas, Jangan Sampai Salah!
Untuk menentukan keberadaan dan jenis HPV serviks, kamu bisa meminta dokter untuk melakukan analisis DNA HPV.
Dengan melakukan analisis ini, dapat membantu untuk mengetahui risiko degenerasi yang bisa menjadi kanker dan memerlukan pemeriksaan yang lebih rinci, agar bisa dilajukan pengobatan sejak dini.
Pengobatan Displasia Serviks
Pengobatan dilakukan setelah diagnosa yang didapatkan dari Pap smear. Pengobatan tergantung dari tingkat kondisi dan usia pasien.
Untuk displasia ringan yang menyerang wanita usia muda, pada umumnya akan dilakukan pap smear secara berkala dengan jangka waktu yang telah di tentukan oleh dokter.
Baca Juga: Kenali Dampak Overthinking yang Ternyata Gak Bagus Buat Kesehatan, Ada 5 Dampak Negatif Ternyata!
Berbeda lagi jika displasia ringan terjadi pada wanita dengan usia yang sedikit lebih tua.
Pengobatan yang akan dilakukan adalah dengan pemantauan selama 2 tahun dan akan dipertimbangkan dalam jangka waktu tertentu jika displasia tersebut berkembang menjadi displasia sedang atau berat.
Jika displasia berat akan ada pengobatan lebih lanjut seperti :
- Terapi laser, yang berguna untuk membakar serta membuang jaringan abnormal dengan menggunakan teknologi Laser.
- Crysurgery, berguna untuk membekukan serta menghancurkan sel-sel abnormal yang tumbuh pada serviks.
- Pembedahan guna mengangkat jaringan Cone Biopsy.
- Histerektomi, tindakan ini sangat umum dianjurkan pada kasus tertentu jika displasia tergolong sangat berat.
- Terakhir dengan menggunakan metode Loop Electrosurgi Excision Procedure (LEEP) yakni dengan menggunakan listrik yang berguna untuk mengangkat jaringan abnormal.
Baca Juga: 5 Jenis Sayur Hijau Paling Sehat yang Baik Untuk Memulihkan Kesehatan Selain Berolahraga
Cara Mencegah Displasia
Untuk mencegah displasia serviks, hal yang paling mudah dilakukan adalah dengan menghindari infeksi HPV melalui perilaku seksual yang sehat, hindari rokok, lakukan vaksin HPV, konsultasikan pada dokter dan sering menjalani Pap smear.
Biasanya Pap smear pada usia 65 tahun atau lebih tua, akan berhenti menjalani tes ini, jika hasil yang di dapatkan 3 kali berturutan dengan hasil Normal, dan tidak ada hasil abnormal selama lebih dari 10 tahun.
Akan tetapi jika ditemukan hasil abnormal atau adanya penyakit lain yang menekan sistem kekebalan tubuh.
Jadi, yuk hidup sehat dan hindari semua hal yang bisa menjadi penyebab displasia!***