BERITA TREN – Islam merupakan agama terbesar yang dianut di Indonesia, hal tersebut tidak lepas dari peran wali songo sebagai tokoh penyebaran islam di Nusantara.
Dakwah wali songo yang menunjukan nilai-nilai sosial kemanusiaan dan keteladanan mejadikan ajaran islam mudah diterima dan menarik perhatian semua kalangan.
Rekam jejak para wali terdapat dalam beberapa naskah atau dokumen sejarah yang menjadi bukti keberadaan dan peran mereka dalam perkembangan islam di Nusantara.
Baca Juga: Zakat Fitrah Hukumnya Wajib, Ini Bacaan Niatnya untuk Diri Sendiri, dan Keluarga
Dikutip dari pemaparan Ustadz Salim A.Fillah seorang tokoh keagamaan yang juga intens dalam mengkaji sejarah islam, 4 naskah atau dokumen sejarah tersebut oleh BeritaTren.com, dapat dijadikan sumber primer.
Berikut ini adalah 4 naskah dan dokumen sejarah yang dimaksud:
Pertama, surat dari Maharaja Sri Indrawarman kepada Umar bin Abdul Aziz.
Surat dari Raja Kerajaan Sriwijaya tersebut saat ini berada di museum Oxford.
Selain itu kutipan isi surat dari Raja Sri Wijaya tersebut ada dalam Al Ibnu Farid karya Ibnu Abdi Rabih Al Andalusia dan karya Ibnu Taqrirdi.
Baca Juga: Ingin Sholat Taubat? Ini Cara Menunaikannya Lengkap Dengan Bacaan Niatnya
Menurut Salim A. Fillah surat tersebut berisi tentang ajakan untuk menjalin persahabatan kepada Umar bin Abdul Azis.
Selain itu Maharaja Sri Indrawarman juga memberikan hadiah yang cukup banyak, tetapi sebaliknya ia meminta dikirimkan seorang alim ulama yang dapat mengajarkan islam kepadanya.
Kedua, Serat Walisena atau Babad Lelampahan Porowali.
Serat Walisena tersebut ditulis oleh cucu Sunan Giri dari Gresik, dalam naskah tersebut dicatat kisah perjuangan dakwah para wali dari generasi kakek penulis naskah.
Naskah tersebut ditulis dengan menggunakan bahasa jawa namun saat ini sudah ada versi terjemahanya dalam bahasa Indonesia.
Ketiga, Koprak Verara atau Koprak Jawa
Dokumen tersebut berupa lembaran-lembaran daun lontar yang berisi catatan pengajiaan Maulana Malik Ibrahim di Gresik.
Dokumen tersebut usianya lebih tua dari Serat Walisena dan saat ini berada di Museum Verara, Italia.
Keempat, Het Boek Van Bonang
Buku ini terdiri dari 2 jilid yaitu jilid A dan Jilid B dan awalnya buku ini berada di Tuban kemudian di rampas oleh Cornellius de Houtman, seorang pemimpin ekspedisi pertama Belanda ke Nusantara.
Baca Juga: Pahala Keutamaan Shalat Tarawih Malam ke 25, Allah SWT Hilangkan Siksa Kubur
Het Boek Van Bonang Jilid A berisi catatan pengajarannya Kanjeng Sunan Bonang di Tuban yang ditulis oleh salah satu muridnya.
Sedangkan yang Jilid B berisi tentang sidang musyawarah para wali yang membahas aliran-aliran yang menyimpang.
Naskah dari Tuban tersebut saat ini menjadi arsip di kerajaan Belanda.***