BERITA TREN – Membaca atau mendengar puisi Ramadhan yang sarat akan pesan adalah salah satu cara mengingatkan kita tentang makna kehidupan.
Sebuah puisi dari seorang pujangga besar Buya Hamka berjudul ‘TERLENA’ mengajarkan kita akan waktu yang tidak pernah berhenti, sementara kita terus lalai dalam melaluinya.
Seperti berlalunya hari-hari Ramadhan yang selalu dirindukan, namun disaat kehadirannya kita justru sering terlupa dalam menjalani dan memaknainya.
Sahabat BeritaTren.com pada tulisan kali ini, penulis akan membagikan sebuah puisi yang akan mengingatkan akan makna hari-hari Ramadhan yang kita jalani.
Buya Hamka adalah seorang ulama besar sekaligus pujangga tanah air yang namanya selalu dikenal karena karya-karya sastranya yang luar biasa kaya akan makna kehidupan.
Inilah salah satu puisinya yang terkenal berjudul ‘TERLENA’, dikutip dari akun ustazah Asma Harun:
“Waktu berlalu begitu pantas menipu kita yang terlena.
Belum sempat berzikir pada waktu pagi, hari sudah menjelang siang, belum sempat bersedekah pagi, matahari sudah meninggi.
Niat pukul 9.00 pagi hendak solat dhuha, tiba-tiba adzan Zuhur sudah terdengar.
Teringin setiap pagi membaca 1 juz Al-Qur’an, menambah hafalan satu hari satu ayat, itupun tidak dilakukan.
Rancangan untuk tidak akan melewatkan malam kecuali dengan Tahajud dan Witir, walaupun hanya 3 rakaat, semua hanya tinggal angan-angan.
Beginikah berterusan Nasib hidup menghabiskan umur? Berseronok dengan usia?
………………………………………………………………………………………
Kita tidak pernah merasa kehilangan waktu dan kesempatan untuk menghasilkan pahala, maka 1000 tahun pulang tidak akan pernah cukup bagi orang-orang yang terlena.”
Baca Juga: 50+ Gambar Mewarnai Tema Ramadhan Cocok digunakan Untuk Anak TK dan SD, Ini Gambarnya
Puisi untuk bermuhasabah setelah melewati fase pertama Ramadhan, berapa amalan yang sempat dicita-citakan, dan berapa banyak yang terealisasi atau justru terhempaskan.
Seberapa sungguh-sungguh kita berjanji saat Ramadhan akan tiba, untuk menjalaninya dengan amal soleh dan ibadah.
Namun banyak waktu yang terlewati begitu saja tampa ada makna yang akan dikenang selepas Ramadhan ini berlalu.
“Benar kita selalu mencongak-congak masa, berazam melakukan sekian-sekian, tetapi sayang terkadang kita leka dan kalah dengan hawa nafsu sendiri” tulis Ustadzah Asma’ Harun.
Ramadhan belum berakhir dan masih ada 10 hari kedua dan 10 hari ketiga. Jangan sampai waktu itu terlepas lagi begitu saja.
***