BERITA TREN – Bagaimana kedudukan puasa bagi umat islam, merupakan tema yang menarik untuk disimak dalam kajian atau cramah-ceramah Ramadhan.
Puasa tidak hanya dilakukan oleh umat islam, tetapi menjalankan puasa juga ada pada umat lainya, seperti Hindu, Kristen, Budha atau agama-agama yang merupakan warisan budaya lokal atau leluhur.
Namun tentu saja puasa yang ada pada mereka berbeda kedudukannya dengan puasa yang dijalankan oleh umat islam, yang merupakan bagian dari identitas keislaman seseorang.
Secara lahiriyah puasa adalah menahan lapar dan haus pada jangka waktu tertentu, namun dalam prakteknya setiap agama atau keperayaan memiliki perbedaan dalam berpuasa.
Perbedaan tersebut dapat berdasarkan waktu puasa, atau puasa terhadap makanan tertentu yang tidak boleh dimakan.
Dalam islam sendiri puasa memiliki tata cara atau aturan yang jelas dan itu menjadi standar baku setiap menjalankan puasa, baik itu yang wajib maupun yang sunah.
Semua tata cara tersebut bersumber dari Al-Qur’an dan hadist Rasulullah SAW, yang dijabarkan dalam hukum fiqh berpuasa.
Tata cara tersebut serentak dilakukan dan diikuti oleh seluruh umat islam di dunia. Inilah yang menjadi pembeda antara puasa umat islam diantara puasa-puasa umat lainnya.
Ada yang lebih penting dari hanya sekedar pembeda, puasa juga memiliki kedudukan tersendiri bagi umat islam.
Baca Juga: Tips Untuk Menyampaikan Ceramah Singkat, Meneladani 8 Akhlak Rasulullah SAW Dalam Berbicara
Menurut Imam Al-Ghozali kedudukan atau posisi puasa bagi umat islam adalah seperempat bagian dari iman.
Dalam hadist Nabi SAW, “Puasa merupakan setengah dari kesabaran” dan dalam sebuah hadist lain menjelaskan, “Sabar adalah setengah dari iman.”
“Orang beriman harusnya sabar dan diantara jalan untuk menemukan sabar adalah puasa”, jelas Dr Fahruddin Faiz.
Puasa, sabar dan iman adalah tiga hal yang tidak dapat dipisahkan, sehingga ketika berpuasa orang pasti akan mempraktekan kesabaran.
Ketika sedang berpuasa, orang akan sabar menahan lapar, menahan haus dan menahan hawa nafsu, sabar menahan segala sesuatu yang dapat membatalkan puasanya.
Kesabaran seperti itu hanya bisa dilakukan oleh orang yang memiliki keimanan, merasa yakin jika puasa adalah perintah Allah dan harus ditaati dan ditunaikan.
Dari sanalah kita dapat melihat seberapa besar keimanan seseorang saat bersabar dalam menjalanka ibadah puasa.
Sehingga puasa yang sedang dijalani pada Ramadhan ini adalah barometer terhadap keimanan yang kita miliki saat ini. ***