BERITA TREN – Ramainya orang yang memberi tanggapan miring pada NU karena kasus pertemuan 5 Nahdliyin dengan Presiden Israel, Isaac Herzog, Pengasuh Ponpes Al-Muhajirun As-Salafi Al Kholilie angkat bicara.
Beliau adalah Ismael Al Kholilie atau dikenal juga dengan nama K.H. Lora Muhammad Ismael Al Kholilie yang merupakan cucu kelima dari Syaikhona Kholil Bangkalan.
Pada postingan Instagramnya di @ismaelalkholilie yang diunggah pada 15 Juli 2024, Pengasuh Ponpes Al-Muhajirun As-Salafi Al Kholilie tersebut menyampaikan pendaptnya dalam 6 poin.
Dipantau BeritaTren.com dari akun IG @ismaelalkhalilie pada Rabu, 17 Juli 2024, poin-poin yang disampaikan yakni sebagai berikut:
1. Sikap NU (Nahdliyin) sejak dulu sudah begitu jelas dan terang-benderang terkait dukungan penuhnya untuk kemerdekaan Palestina, juga kecamannya terhadap agresi dan penjajahan Israel.
Fakta membuktikan bahwa pendiri NU Hadratussyaikh KH. Hasyim Asy’ari adalah ulama pertama yang mempelopori amaliah Qunut Nazilah di Indonesia yang berisi doa keselamatan untuk penduduk palestina.
Fatwa KH Hasyim Asy’ari ini termuat dalam majalah berita Nahdlatoel Oelama edisi 22/25 September 1938.
2. Nahdliyin di muka bumi ini jumlahnya ratusan juta (itupun yang terdata saja), tidak elok tentunya jika kita mengkerdilkan orang-orang NU yang jumlahnya jutaan, itu hanya 5 orang saja.
Jujur saya tidak kenal mereka itu siapa, meski dibilang “cendikiawan NU”. Mayoritas followers saya di sini juga kaum Nahdliyin dan saya yakin kalian para sahabat “se-Nu”.
Saya juga mengecam dan sangat sakit hari gegara viralnya foto senyam-senyum 5 orang itu bersama presiden Israel di tengah memanasnya konflik dengan Palestina.
PBNU juga sudah mengeluarkan rilis bahwa mereka berlima bertemu dengan Presiden Israel atas nama pribadi, bukan mewakili NU.
3. Meski mereka mengakui itu adalah kunjungan pribadi, saya setuju dengan kecurigaan Prof Nadir.
Beliau mengatakan bahwa “Andai mereka berlima ini hanya cendikiawan saja, maka mereka nggak mungkin akan dilirik untuk diundang bertemu dengan Presiden Israel. Justru karena mereka membawa embel-embel NU sebagai ormas Islam terbesar di dunia, mereka jadi dilirik”.
Ya Jabbar Ya Qahhar, apa ya nggak mikir udah nyaplok nama besar Nu dalam kunjungan membagongkan dan tak berperasaan membuat NU dan jutaan warganya dihujat se-Indonesia.
Maaf ya mbak dan mas-mas. saya juga NU tapi saya tidak begitu.
4. Apapun niat, tujuan, dan alasan mereka berlima nanti (dan sudah bisa kita tebak ke mana algoritmanya) kunjungan mereka ini jelas tidak bisa dibenarkan, apalagi di tengah penderitaan rakyat Palestina yang kian parah dan tak kunjung usai.
Jika mereka merasa berdakwah sebagai pahlawan juru damai, mbok yo ngoco disek lah! Apa nggak pernah tau tokoh-tokoh kelas Internasional yang pengaruh diplomasinya jauh di atas mereka.
Baca Juga: Politisi Santri Siap Bangun Jember, Gus Fawait: Perlu Ada Lompatan yang Jelas!
Seperti halnya Sekjen PBB dan Paus Fransiskus, selama ini sudah mengusahakan perdamaian dengan Israel. Bagaimana hasilnya? Ya masih gitu-gitu aja.
Pada saat Uni Emirat Arab pada tahun 2020 meneken kesepakatan perdamaian dengan Israel, Habib Ali Al-Jufri berkomentar:
“Saya percaya bahwa negara Emirat menghendaki kebaikan, tapi saya tidak percaya kepada Israel dan tak percaya mereka akan menepati perjanjian”.
5. Pertemuan 5 orang itu ke Israel tidak akan menghasilan efek positif apapun untuk kemaslahatan Palestina, yang ada malah melambungkan citra Israel sebagai negara cinta damai karena welcome untuk dialog dan diskusi dengan orang NU.
Efek lainnya adalah membuat jutaan orang NU dihujat dan dicurigai empati dan simpatinya terhadap rakyat Palestina.
Kita sebagai warga Nahdliyin sudah seharusnya bersuara. Selain untuk menunjukkan bahwa kita tidak seperti mereka, kritik kita setidaknya bisa menjadi kaca bagi mereka berlima (andaikan rumahnya tidak ada kaca) bahwa apa yang mereka lakukan bukan hanya aneh, uniq, dan menyimpang, tapi juga menjijikkan dan tak berperasaan.
Entah mereka mau menamakan itu sebagai sikap moderat, diplomasi tingkat tinggi, bersahaja, atau istilah-istilah pemanis lainnya.
6. Upaya damai tak berguna dan segala bentuk kerja sama dengan Israel telah diharamkan oleh berbagai ulama dari seluruh belahan dunia. Hal tersebut berdasarkan Fatwa Al-Azhar di bawah pimpinan Syaikh Hasanain Makhluf pada tahun 1956 terkait perdamaianan dengan Israel.
Baca Juga: Cleansing Membuat Nasib Guru Honorer Kian Mencekam! P2G Ungkap akan Terus Mengawal para Guru Honorer
Di akhir slide, beliau menuliskan bahwa “Saya NU, saya bersama Palestina, dan saya mengecam kunjungan tak berperasaan 5 orang (yang katanya NU itu) ke Istana Presiden Israel.
Sementara pada captionnya, tertulis bahwa “Ana Nahdhy wa aftakhir, saya NU dan saya bangga akan ke-NU-an saya, tidak peduli apa kata mereka, saya tidak pernah malu, karena saya tau betul NU yang “sesungguhnya” seperti apa”.
Sampai tulisan ini diunggah, postingan tersebut telah mendapatkan setidaknya 86,5 juta like dan 1.505 komentar.***