BERITA TREN – Ada dua hikmah yang besar dalam kisah keteladanan nabi ibrahim dalam mendidik keluarganya untuk taat kepada Allah SWT.
Hikmah pada kisah keteladanan nabi Ibrahim ini akan selalu menjadi pengingat bagi kita terutama di bulan Dzulhijjah ini.
Bulan dimana ibadah haji dan kurban dilaksanakan oleh umat islam, yang didalamnya mengandung hikmah dalam kisah keteladanan nabi Ibrahim.
Baca Juga: Ucapan dan Doa Idul Adha dan Tips Membuat Kupon Qurban yang Bisa Jadi Inspirasi Kekinian!
Inilah hikmah dari kisah keteladanan nabi Ibrahim yang dapat dimaknai dalam ibadah haji dan qurban.
Hikmah pertama, mentarbiah/ membimbing keluarga untuk selalu taat, bertawakal dan bersyukur kepada segala kehendak dan karunia Allah SWT.
Dikisahkan ketika Nabi Ibrahim diperintahkan oleh Allah SWT untuk meninggalkan istrinya Siti Hajar dan putranya Ismail yang masih bayi di lembah tandus dan tidak berpenghuni.
Bahkan saat Nabi Ibrahim meninggalkan mereka wajahnya tidak berpaling sedikitpun karena khawatir terbesit dalam hatinya untuk mengingkari perintah Allah tersebut.
Namun pada saat Hajar memastikan jika apa yang dilakukan Nabi Ibrahim adalah bagian dari perintah Allah SWT dirinya menerima dengan penuh keridhaan.
Kesabaran Hajar yang waktu itu baru melahirkan putranya Ismail disebabkan kuatnya keimanan dan ketaatannya kepada Allah dan rasulnya yaitu Nabi Ibrahim as.
Bahkan dirinya ikut meyakinkan Nabi Ibrahim untuk melanjutkan apa yang telah Allah tetapkan untuk mereka.
Keyakinan yang kuat akan kasih sayang dan pertolongan Allah kepada hambanya, menjadikan dirinya tidak pernah merasa bersedih atau takut untuk berdiam di lembah tandus bersama putranya.
Keimanan dan ketaatan kepada Allah SWT yang kuat dalam diri Hajar adalah hasil dari tarbiah atau bimbingan Nabi Ibrahim sebagai suami dan rasul.
Baca Juga: PENTING! Begini Cara Menyimpan Daging Kambing Dalam Kulkas Sisa Idul Adha, Bisa Awet Berbulan-Bulan
Segala bukti keyakinan dan ketaatan Nabi Ibrahim dan Hajar, Allah gantikan dengan karunia yang besar berupa mata air yang memancar dari hentakan kaki mungil Ismail yang sedang menangis kehausan.
Hingga kisah tersebut diabadikan dalam Al-Qur’an, dan perjuangan Hajar dalam mencari air di lembah tandus diabadikan dalam rukun haji yaitu sai.
Hajar berlari dari bukit marwah ke safa sebanyak 7 kali, keyakinan dan rasa tawakal yang tinggi tidak membuatnya berdiam diri hingga terpancar air di lembah yang tandus tersebut.
Baca Juga: Kisah Sahabat Nabi: Abu Bakar Memerangi Orang-Orang yang Tidak Mau Membayar Zakat
Mata air tersebut dinamakan Zam-zam, yang keberadaan sumber air tersebut akhirnya menyebar dan mengundang orang untuk bermukim di sana.
Menyiapkan keluarga untuk selalu berada dalam ketaatan kepada Allah adalah point penting dalam kisah keteladanan nabi Ibrahim ini.
Hikmah kedua, tetap membangun hubungan serta membimbing keluarganya dalam kesibukannya sebagai rasul dan jarak yang sangat jauh.
Hajar dan Ismail diperintahkan berdiam dan bermukim di lembah tandus, dan tempat tersebut saat ini bernama Kota Mekah.
Sementara Nabi Ibrahim kembali ke Kota Palestina untuk meneruskan tugas dakwah bersama istri pertamanya yaitu Sarah.
Namun dikisahkan meskipun jarak antara Mekah dan Palestina yang begitu jauh tidak menghalangi Nabi Ibrahim untuk mengunjungi Hajar dan Ismail.
Nabi Ibrahim dengan penuh keridhaan berjalan kaki untuk menemui keluarga kecilnya yang berdiam di Mekah.
Oleh sebab itulah meskipun dipisahkan jarak, Ismail tumbuh tanpa kekurangan kasih sayang dan bimbingan dari seorang ayah.
Baca Juga: 4 Kisah Mukjizat Nabi Muhammad SAW Untuk Diceritakan kepada Anak-Anak: Tanamkan Keimanan Sejak Dini
Nabi Ibrahim tetap mendidik putranya tersebut bersama Hajar untuk selalu taat dan bersyukur kepada Allah SWT.
Dalam sebuah kisah diceritakan bagaimana Ismail kecil dengan penuh cinta dan keridhaan membantu ayahnya menjalankan perintah Allah SWT untuk menegakkan ka’bah.
Bahkan ketika beranjak dewasa ketika Allah SWT memerintahkan Nabi Ibrahim untuk mengorbankan putranya ismail.
Dengan penuh keikhlasan dan ketaatan Ismail menerima dan menguatkan kedua orang tuanya untuk menjalankan apa yang telah Allah perintahkan kepada Nabi Ibrahim.
Baca Juga: Ajarkan Anak Sejak Dini Perbedaan Nabi dan Rasul: Sama-Sama Menerima Wahyu, Tapi Beda Penyampaiannya
Hingga Allah SWT menerima segala bukti ketaatan keluarga Nabi Ibrahim tersebut dan menggantikan pengorbanan tersebut dengan sebuah hewan qurban.
Dari kisah tersebut Allah abadikan dalam Al-Qur’an dan menjadikanya sebagai sebuah amalan ibadah bagi umat Nabi Muhammad saw dengan menyembelih hewan kurban.
Dua hikmah pada kisah keteladanan nabi Ibrahim itulah yang menjadi esensi dalam pelaksanaan ibadah haji dan kurban setiap bulan Dzulhijjah. ***