BERITA TREN – Ormas Perhimpunan Anak Transmigran RI (PATRI) terus berikhtiar mengembangkan teknologi pertanian untuk meningkatkan kesejahteraan petani transmigrasi. Bersama Kementerian Desa (Kemendes) PTT jajaki pertanian sistem aeroponik.
Sekretaris Jenderal DPP PATRI, Drs. Sutrisno Singotirto dan Direktur Investasi Desa dan Transmigrasi Kemendes PTT, Dr. Ir. Supriadi, M.Si melirik pertanian sistem aeroponik untuk dikembangkan petani di daerah transmigrasi.
Kepada BeritaTren.com, Sekjen DPP PATRI mengatakan, Kemendes PTT sangat mendukung gagasan ini. Sistem pertanian aeroponic diharapkan dapat memberi nilai tambah sehingga kesejahteraan petani transmigran semakin meningkat.
Sekjen DPP PATRI bersama Dir. Investasi Desa dan Transmigrasi Kemendes PTT, telah mengunjungi laboratorium pertanian Aeroponic Kebun Showcase Metafarm Indonesia di Jln. Cagak Satelit Rancabungur, Rancabungur, Bogor, Jawa Barat, Rabu (31/05/2023).
Aeroponik adalah sistem budidaya pertanian tanpa media tanah maupun air untuk pertumbuhan. Suplai nutrisi dan kebutuhan tanaman lainnya dipenuhi dengan menyemprotkan air bernutrisi ke akar tanaman secara langsung.
“Aeroponik itu sistem bercocok tanam di udara tanpa menggunakan tanah. Jadi, akar tanaman dibiarkan menggantung tanpa media tanah, pada tempat yang telah dijaga kelembabannya,” kata Sekjen DPP PATRI kepada BeritaTren.com, Selasa (13/06/2023).
Masih melalui sambungan telepon, Sutrisno mengatakan, berbeda dengan hidroponik yang menggunakan larutan nutrisi sebagai media tumbuh dan mineral penting untuk menopang pertumbuhan, atau aquaponik, yang menggunakan air dan limbah ikan.
Baca Juga: Kapan Lebaran Idul Adha 2023? Inilah Jawabannya Versi SKB Pemerintah dan Muhammadiyah
Sekjen DPP PATRI itu juga menjelaskan, bahwa gagasan pertanian sistem aeroponik ini ke depan rencananya akan di kembangkan di desa atau kawasan transmigrasi (KTM), yang pengembangannya bekerja sama dengan BUMDes yang ada.
“Tapi akan kami kaji dahulu, tingkat efektifitas dan efisiensi pengembangan dari pola aeroponic ini dibanding dengan hidroponik. Akan kita tinjau dari aspek biaya, produksi dan pasar,” papar Sutrisno.
Sistem aeroponik tidak menggunakan media tanah, maka memberikan manfaat bagi petani terutama bila daerahnya sudah mulai berkembang menjadi kawasan pemukiman atau kota.
Lebih jauh pria ‘anak trans’ dari Kalimantan Timur itu menerangkan, bahwa budidaya model aeroponik ini idealnya memang untuk masyarakat perkotaan. Solusi dalam menambah income dan memenuhi kebutuhan sendiri karena lahan sempit.
Bisa dilakukan di pekarangan rumah, media tanam yang digunakan berupa styrofoam dan membiarkan akar tanaman menggantung di udara.
Aeroponik akan lebih praktis bila dilakukan dalam bangunan green house agar hasilnya lebih bagus dan terbebas dari gangguan hama.
Dengan sistem ini petani bisa menanam aneka sayur-sayuran seperti; selada, kemangi, salanova, kangkung, sawi, bayam, bok choy, tomat, mint dan basil, atau bisa juga mentimun.
Kualitas sayuran yang dihasilkan akan lebih sehat, terasa lebih segar, renyah, dan higienis. Budidaya tanaman aeroponik menghasilkan tanaman organik, karena tidak menggunakan pestisida.
Saat ini sudah banyak petani yang menerapkan sistem tanam aeroponik. Petani rumahan di perkotaan menanam sayuran untuk memenuhi kebutuhan sendiri maupun kebutuhan pasar.
Meskipun memiliki banyak keunggulan, sistem aeroponik juga memiliki kekurangan, diantaranya biaya pembuatan sistemnya cukup mahal. Alat bergantung pada listrik, sehingga ketika aliran listrik mati, alat tidak bisa bekerja.
Beberapa tanaman bisa dipilih karena usia produksinya yang pendek, contoh tomat. Bila menanam tomat dengan sistem aeroponik bisa dilakukan panen empat kali dalam satu tahun.
Sementara dengan sistem tradisional, petani hanya bisa panen satu atau dua kali setahun.
Selain sayuran, sistem aeroponik juga bisa digunakan untuk menanam umbi-umbian. Cuma hasil panennya, ukuran buahnya lebih kecil. Tetapi secara kualitas tidak kalah bagus karena bagian umbi menyerap langsung nutrisi yang disemprotkan.
Beberapa umbi yang cocok untuk sistem aeroponik antara lain: kentang, ubi, wortel dan lobak.
Keunggulan sistem aeroponik lainnya adalah jarak antar tanaman yang lebih rapat. Dengan demikian petani bisa menanam lebih banyak tanaman dibanding sistem biasa.
Tanaman membutuhkan lebih banyak oksigen sebagai nutrisi. Pada sistem aeroponik, tanaman dapat memiliki oksigen lebih banyak meskipun jaraknya lebih dekat. Akar tetap dapat tumbuh subur meski hanya dengan air dan udara terbuka.
Pada sistem aeroponik, benih atau biji tanaman tidak bisa langsung ditanam secara aeroponik, tapi harus disemai dulu pada rockwool (media tanam khusus yang biasa dipakai pada sistem tanam hidroponik).
Caranya, buat lubang pada rockwool lalu setiap lubang ditanami satu benih. Simpan pada ruangan gelap agar benih cepat tumbuh.
“Setelah benih tumbuh dengan jumlah daun minimal dua helai, baru dipindahkan pada lubang-lubang di styrofoam dengan posisi akar menggantung,” terang Sutrisno. ***