BERITA TREN – Pakar Mikroekspresi Monika Kumalasari menilai jika gesture dan ekspresi wajah Mario Dandy saat di kantor polisi tidak merepresentasikan apapun.
Hal ini bukanlah suatu kondisi yang wajar, karena pada umumnya ekspresi wajah orang akan menggambarkan salah satu emosi yang dirasakan (takut, malu, marah,sedih dan lain-lain).
Mimik wajah Mario Dandy yang flat, tidak seharusnya terjadi pada orang yang sedang mengalami kondisi atau kasus seperti dirinya.
Beginilah Pakar Mikroekspresi berbicara terkait ekspresi wajah Mario Dandy yang menjadi sorotan warganet.
Baca Juga: Beda dari Anak Remaja pada Umumnya, Inilah Tas yang Dibelikan Sang Ibu untuk Mario Dandy
Dilansir BeritaTren.com dari tayangan chanel YouTube tvOneNews pada sabtu (25/2), Monika Kumalasari menuturkan pendapatnya.
Menurut Monika Kumalasari memahami gesture dan ekspresi wajah bertujuan agar orang bisa merasakan bahasa non verbal.
Pakar Mikroekspresi tersebut membandingkan kondisi Dandi dan Shane saat sama-sama berada di kantor polisi dan dihadapan para wartawan.
Shane posisi badannya membungkuk dan kepalanya menunduk hampir 90 derajat. Matanya melihat ke lantai tidak berani menatap wartawan.
Baca Juga: Agnes, Pacar Mario Dandy Dikeluarkan dari Sekolah, CEK Faktanya DI SINI!
Hanya dari melihat gesture tubuhnya, dapat disimpulkan kondisi emosi sean saat itu, bisa malu, takut atau merasa bersalah.
Namun berbeda dengan gesture dan ekspresi wajah Dandy, badannya masih terlihah tegap saat berjalan, dagunya juga masih berada diposisi atas, dan matanya menatap lurus kedepan.
Pakar Mikroekspresi Monika Kumalasari mengatakan ekspresi tersebut menandakan jika Mario Dandy belum bisa berempati dan merasa bersalah.
Baca Juga: Masalah Masih Berlanjut: Dandy di DO dari Universitas Prasetiya Mulya
Hal itu terjadi karena dirinya masih berada di posisi high power full (berdaya).
Mimik wajahnya yang tidak merepresentasikan suatu emosi, menunjukan dirinya tidak takut apapun.
Mengambil pernyataan Mario Dandy di rekaman video yang beredar “saya tidak pernah takut”, hal ini memiliki kekonsistensian dengan ekspresi wajahnya.
Monika Kumalasari menduga kondisi yang menimpa Mario Dandy terbentuk karena pola pengasuhan yang bersifat permisif.
Pada pola asuh permisif ditandai dengan tuntutan yang rendah dan respon yang tinggi, penerapan pola asuh permisif yang tepat akan menumbuhkan rasa tanggung jawab pada anak.
Namun pada pola asuh permisif orang tua cenderung memanjakan anak, memberi segala sesuatu yang diinginkanya.
Hal ini terjadi karena pola asuh seperti ini memberikan kebebasan tanpa aturan yang jelas.***