BERITA TREN – Apa saja unsur-unsur dalam sebuah puisi? Simak kunci jawaban Bahasa Indonesia kelas 8 halaman 144 Kurikulum Merderka.
Untuk menjawab soal yang ada di halaman 144 kelas 8, para murid diharuskan untuk menganalisis sebuah puisi berjudul: Pada Sebuah Kedai Kopi karya Maya Lestari GF.
Artikel ini akan membahas kunci jawaban Bahasa Indonesia kelas 8 halaman 144 Kurikulum Merdeka yang digunakan sebagai panduan dalam mengidentifikasi unsur-unsur puisi tersebut.
Pertama-tama, sebelum melihat kunci jawaban, siswa diharapkan menjawab soal-soal terkait puisi secara mandiri.
Langkah ini bertujuan agar siswa dapat mengembangkan pemahaman mereka sendiri terhadap unsur-unsur puisi sebelum membandingkannya dengan kunci jawaban.
Selain menjadi panduan bagi siswa, kunci jawaban juga dapat dimanfaatkan oleh orang tua sebagai alat bantu untuk mengoreksi pekerjaan anak.
Proses ini memungkinkan orang tua untuk memberikan dukungan lebih lanjut dan membimbing anak dalam memahami materi Bahasa Indonesia kelas 8 dengan lebih baik.
Kunci Jawaban Bahasa Indonesia Kelas 8 Halaman 144 Kurikulum Merdeka
Sebelum mulai untuk menjawab, berikut disajikan terlebih dahulu bait puisi “Pada Sebuah Kedai Kopi” yang akan dianalisis oleh para murid.
Kedai Kopi Pukul Sebelas Siang
Karya Maya Lestari Gf.
Pukul sebelas siang kamu datang,
Senyum segan tersampir di wajahmu
Kantong belanjaan tertenteng di tanganmu
“Maaf aku terlambat,” ujarmu
Aku menatap kopiku yang sudah dingin sejak dua jam lalu
“Tak apa,” jawabku
Aku dan kopiku adalah karib, kami bersabar layaknya waktu
“Aku ada urusan penting,” ujarmu
Kau menaruh tas belanjaanmu sangat hati-hati, seperti seorang ayah
menaruh anaknya di ayunan
Aku tahu isinya sepatu,
Mereknya tercetak di kantong belanjaanmu
Dan kotak sepatunya tersembul malu-malu
Aku memandang kopiku
Dua jam aku dan kopiku menunggu
Tak apa,
Aku dan kopiku adalah karib, kami bersabar layaknya waktu
Kau bertanya kenapa aku ingin bertemu
Benakku melayang ke masa lalu
Kau dan aku sama-sama bahagia bermain sepanjang waktu
Kau tak pernah bertanya kenapa aku memanggilmu
Aku pun tak pernah bertanya kenapa kau ingin bertemu
Saat itu, kau tahu,
Hatiku serupa baling-baling
Ikut ke mana pun kau pergi
Tapi kini baling-balingku mungkin sudah rusak
Tak bisa berputar ke arah anginmu berkesiur
Anginmu pun mungkin sudah berubah arah
Aku tidak mengenali lagi
Kau menunggu aku berbicara
Aku menunggu kau berkata-kata
Kopiku menunggu segala hal yang sia-sia
Kau tahu,
Aku dan kopiku seperti waktu
Bersabar menunggu apa pun berlalu
Setelah mencermati puisi di atas, para murid akan diminta untuk menyebutkan unsur-unsur puisi di atas, baik itu larik, bait, rima, imaji, diksi, dan juga majas atau gaya bahasa.
Baca Juga: Apa Saja yang Terjadi pada Peristiwa Rengasdengklok? Simak Kunci Jawaban Tema 7 kelas 5 Halaman 92
Berikut adalah jawabannya:
- Larik: Larik dalam puisi ini terdiri dari beberapa baris atau bait yang membentuk struktur puisi.
- Bait: Puisi ini terdiri dari beberapa bait, dengan setiap bait menyampaikan bagian cerita atau perasaan yang berbeda.
- Rima: Meskipun tidak sepenuhnya mengikuti pola rima yang konsisten, terdapat beberapa pasangan baris yang memiliki rima, seperti “siang” dan “belanjaan”, atau “tunda” dan “membicarakan”.
- Imaji: Puisi ini menciptakan gambaran visual dengan menggambarkan jam di dinding, kantong belanjaan bermerk, dan suasana kedai kopi. Imaji ini membantu pembaca membayangkan suasana dan peristiwa dalam puisi.
- Diksi: Penggunaan kata-kata seperti “kantong belanjaan bermerek”, “urusan penting”, “sepatu terkenal”, dan “harga pakaianmu” menggambarkan kehidupan materialistik dan perubahan dalam hubungan.
- Majas: Metafora – Menggunakan sepatu sebagai simbol prioritas dan perubahan dalam hubungan (“Pertemuan kita tidak lebih penting dari sepatumu”).
Penting untuk diingat bahwa terdapat kemungkinan perbedaan dalam jawaban siswa terhadap kunci jawaban Bahasa Indonesia kelas 8 halaman 144 Kurikulum Merdeka.
Setiap siswa memiliki pemahaman dan interpretasi yang unik terhadap puisi, dan perbedaan jawaban bisa muncul sebagai hasil dari keragaman pemikiran mereka.