BERITA TREN – Kabar menyedihkan datang dari Desa Bina Karya Kapuas, sebuah jembatan dilaporkan putus usai dihantam arus air pasang. Akibatnya siswa-siswa disini harus menyeberang sungai untuk sampai di sekolah.
Tak ada jalan lain, rusaknya jembatan Desa Bina Karya Kapuas oleh terjangan air pasang, menyebabkan puluhan siswa SMP Negeri 4 Dadahup tiap hari harus menyeberangi sungai.
Luapan air pasang membawa material sampah dari Sungai Barito ini berdampak pada kerusakan jembatan Desa Bina Karya Kapuas. Kini setiap hari siswa dan guru SMP Negeri 4 Dadahup terpaksa menyeberangi sungai.
Baca Juga: Gempa Bumi Magnitudo 5 Guncang Pangandaran, Jawa Barat
“Ada 25 siswa kami yang tiap hari harus menyeberangi sungai ini, pastilah bajunya basah, peralatan sekolah mereka juga beresiko basah terkena air sungai,” kata Hardo, guru SMP Negeri 4 Dadahup.
Pria asal Yogyakarta itu mengatakan, hal ini sudah berlangsung tiga bulan. Setiap hari anak-anak harus berjibaku menyeberangi sungai untuk sampai di sekolah.
SMP Negeri 04 Dadahup ada di Desa Bina Karya Kecamatan Kapuas Murung Kabupaten Kapuas Provinsi Kalimantan Tengah. Desa Bina Karya adalah desa definitif eks daerah transmigrasi penempatan tahun 1997.
Saat ini Desa Bina Karya masuk dalam pengembangan Kawasan Pangan Nasional atau food estate, yaitu konsep pengembangan produksi pangan hulu hilir yang terintegrasi.
Dalam kunjungannya ke food estate Dadahup belum lama ini, Mentan Syahrul Yasin Limpo sempat menyebut irigasi dan banjir menjadi salah satu kendala daerah sini (baca; Dadahup).
Hingga kabar ini naik, informan BeritaTren.com menginformasikan bahwa jembatan tersebut belum ada tanda-tanda akan diperbaiki.
Sebelumnya beredar kabar, bahwa pemerintah desa setempat berencana memperbaiki kerusakan jembatan tersebut walau darurat yang penting warga dapat melintas.
“Perkembangan hari ini, kondisi jembatan telah bergeser satu meter dari dudukan semula,” sumber BeritaTren.com memberi informasi langsung dari lokasi, Senin, (17/04/2023).
“Ini tentu mencemaskan kami sebagai orang tua,” kata Ali Imron salah seorang warga transmigran setempat.
Ini satu-satunya akses kami, lanjut Ali Imron. Ia menerangkan, untuk sampai ke SMPN 04 Dadahup, anak-anak itu harus menempuh jarak 7-10 km dari rumah masing-masing.
Jalanan yang dilalui masih berupa jalan tanah, ada hutan kecil di tepi jalan.
Sejak jembatan kayu penghubung desa-desa sekitar ini rusak, tak hanya guru dan siswa, warga pun mengalami kesulitan melintas.
Sebelum ada perbaikan, anak-anak dari Desa Palingkau Lama, dan Palingkau Baru harus menyeberangi sungai jika hendak menuntut ilmu di SMPN 04 Dadahup.
Baca Juga: Yana Mulyana Ditetapkan Menjadi Tersangka oleh KPK, Inilah Pemimpin Sementara Pemkot Bandung
Hal ini juga dialami warga dari Desa Kuripan jika hendak pergi ke Kapuas atau Banjarmasin, atau akan bekerja di perkebunan kelapa sawit yang ada di Kalimantan Selatan.
Dari tayangan video dan foto yang dikirim, terlihat warga tengah menggotong motor menyeberangi sungai.
“Ini satu-satunya akses jalan kami. Ada 3 jembatan kalau hendak ke Bina Karya, tapi satu ini yang tak bisa dilalui,” terang Hardo sambil menunjuk pintu air dam food estate tak jauh dari tempatnya berdiri.
Baca Juga: Libur Sekolah Lebaran 2023 Jawa Timur Idul Fitri 1444 H Kapan? Simak Penjelasannya
Mewakili kepentingan warga dan anak-anak, Hardo berharap pemerintah dapat segera membangun jembatan baru yang permanen agar aktivitas warga kembali normal termasuk anak-anak tidak lagi enggan atau bermalas-malasan sekolah.
Hal senada juga disampaikan oleh Ali Imron, “Melalui BeritaTren.com ini semoga curhatan hati kecil kami bisa didengar dan tersampaikan, agar dapat segera direalisasikan.” ***