BERITA TREN – Mengingat permasalahan sampah plastik di Indonesia masih belum ditemukan solusi terbaiknya, Pondok Pesantren Yatim Al-Kasyaf Bandung terapkan konsep pesantren ramah lingkungan.
Pondok pesantren yang berlokasi di kampung Sukamaju, Desa Cimekar, Kecamatan Cileunyi, Kabupaten Bandung tersebut ditempati 100-150 santri yatim dan dhuafa.
Seluruh santri yang berada di sana dibebaskan dari biaya operasional karena sebuah inovasi kreatif.
Menurut penuturan Ketua Lembaga Penanggulangan Bencana dan Perubahan Iklim Nahdlatul Ulama (LPBINU) Arief Agus, biaya operasional pondok yatim dan dhuafa tersebut didapat dari hasil usaha.
Baca Juga: Dirjen Bimas Islam Sampaikan Faktor-Faktor Pernikahan Anak yang Umum Terjadi di Masyarakat
Dikutip BeritaTren.com dari nu.or.id pada Minggu, 28 Juli 2024, “Untuk membiayai operasional pondok dan menunjang kehidupan para santri, Pesantren Yatim Al-Kasyaf telah memiliki usaha Bank Sampah Induk dan Pertanian organik,” tuturnya.
Pada keterangan lebih lanjutnya, Arief Agus juga menjelaskan bahwa sampah yang mereka kelola didapat dari rumah makan, perumahan, dan perkantoran.
Sampah yang terkumpul selanjutnya dipilah-pilah untuk memisahkan antara sampah organik dan non organik.
Selanjutnya barulah sampah akan dikelola lebih lanjut. Sampah plastik diubah menjadi barang bermanfaat, sementara untuk sampah organik dijadikan pupuk organik dan pakan maggot.
Nantinya, maggot yang sudah siap panen akan dijadikan sebagai pakan ikan, domba, dan ayam, mengingat kandungan nutrisinya sangat tinggi.
Keseriusan mereka dalam mengelola sampah bahkan mendapat penghargaan dengan kategori Bank Sampah Terbaik dari Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kabupaten Bandung.
Selain yang telah disebutkan, saat ini usaha yang dijalankan bertambah, yaitu membuat sabun cuci organik ramah lingkungan yang dipasarkan di rumah makan dan hotel.
Satu lagi yang tidak kalah inspiratifnya, Pesantren Al-Kasyaf juga memiliki usaha pembuatan tempe.***