BERITA TREN – Kondisi udara di Jakarta semakin mengkhawatirkan, bahkan banyak dari masyarakat yang terdeteksi terkena Infeksi Saluran Pernapasan Atas (ISPA).
Dari kasus yang telah terdeteksi di Puskesmas Pasar Minggu, jumlah penderita ISPA setiap bulannya cenderung fluktuatif atau naik turun.
Kepala Puskesmas Kecamatan Pasar Minggu, Dokter Sri Rejeki menuturkan bahwa kasus ISPA paling tinggi terjadi di bulan Mei dengan jumlah pasien ISPA mencapai 973.
Sedangkan pada bulan selanjutnya, kasusnya terdeteksi menurun yaitu 479 kasus.
Himbauan Dokter Sri Rejeki untuk Menghindari ISPA
Tingginya kasus ISPA di Jakarta sendiri terjadi akibat kualitas udara yang kian menurun. Polusi dari kendaraan serta debu yang beterbangan menjadi penyebab utamanya.
Oleh karenanya, Dokter Sri Rejeki menghimbau masyarakat untuk lebih peduli dengan kesehatannya dengan melakukan tindak pencegahan terhadap penyakit ISPA.
Baca Juga: Gempa Bumi dengan Magnitudo 5.1 Mengguncang Barat Daya Kuta Selatan Bali
Lebih lanjutnya ia menuturkan bahwa masyarakat harus menerapkan Perilaku Hidup Bersih (PHBS) dengan langkah-langkah berikut:
- Mencukupi kebutuhan cairan tubuh dengan minum air putih delapan gelas berukuran 230 ml atau jika ditotal sebanyak 2 liter.
- Berikan waktu tubuh untuk beristirahat secara efektif di tengah kesibukan menjalankan aktivitas sehari-hari.
Baca Juga: Kereta Cepat Jakarta-Bandung Segera Beroperasi, Ketahui Rute dan Kecepatannya
- Sebaiknya kenakan masker saat beraktifitas di luar ruangan untuk meminimalisir masuknya debu dan polusi masuk ke dalam paru-paru.
Hujan Dinilai Efektif untuk Mengendalikan Polusi Udara di Jakarta
Setelah kemacetan lalu lintas, polusi udara merupakan masalah yang hingga kini belum ditemukan solusi terbaiknya.
PJ Gubernur Jakarta, Heru Budi Hartono mengungkap bahwa penurunan kualitas udara di Jakarta 40 persen-nya terjadi karena polusi kendaraan.
Pernyatan tersebut dibenarkan oleh Dirjen Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan (PPKL) KLHK Sigit Reliantoro.
Dia mengatakan bahwa sektor transportasi penyumpang emisi besar mencapai 44 persen.
Untuk mengendalikannya, Sigit berpandangan bahwa hujan sangat efektif dalam meminimalisir efek buruk polusi udara.
Lebih lanjutnya, ia juga mengatakan bahwa pepohonan hijau juga dapat mengurangi polusi udara, namun belum diketahui secara pasti berapa banyak pohon yang harus ditanam untuk mengurangi polusi di Jakarta.***