BERITA TREN – Simak jawaban dari pertanyaan dalam kasus penipuan coba saudara jelaskan dengan menggunakan ajaran sosiologis dari sutherland berikut ini.
Perlu diketahui bahwasanya jawaban pertanyaan dalam kasus penipuan coba saudara jelaskan dengan menggunakan ajaran sosiologis dari sutherland ini cukup dijadikan referensi saja.
Maka dari itu mari kita simak referensi jawaban dari soal dalam kasus penipuan coba saudara jelaskan dengan menggunakan ajaran sosiologis dari sutherland berikut ini.
Pertanyaan:
Dalam kasus penipuan coba saudara jelaskan dengan menggunakan ajaran sosiologis dari sutherland?
Jawaban:
Edwin Sutherland adalah seorang sosiolog asal Amerika Serikat yang dikenal dengan konsep “white collar crime”.
Konsep ini memfokuskan pada kejahatan yang dijalankan oleh para pebisnis, atau orang-orang yang memiliki kekuasaan dan kekayaan tinggi.
Salah satu hal yang menarik dari konsep Sutherland adalah justru kejahatan jenis ini sering tidak dikenai hukuman yang setimpal dengan kejahatan biasa.
Jika kita menghubungkan penipuan dengan ajaran Sutherland, maka kita bisa melihat bahwa kejahatan semacam ini sangat erat kaitannya dengan sosial-ekonomi pelakunya.
Biasanya pelaku penipuan adalah orang yang memiliki kedudukan sosial-ekonomi tinggi, dan memiliki kekuasaan serta akses ke sumber daya penting seperti uang, informasi, dan sebagainya.
Dalam hal ini, pelaku penipuan mencoba untuk memanfaatkan akses dan kekuasaannya untuk mendapatkan keuntungan pribadi, tanpa memikirkan dampak yang mungkin ditimbulkan bagi pihak lain.
Keuntungan yang diperoleh dari penipuan ini bisa berupa uang, jabatan, atau bahkan kekuasaan.
Namun, bukan hanya faktor sosial-ekonomi yang menjadi faktor pemicu terjadinya penipuan.
Ada juga faktor-faktor psikologis dan perbuatan yang terjadi ketika seseorang terjerat dalam penipuan.
Seseorang yang terjerat dalam penipuan biasanya telah dipersiapkan secara psikologis oleh pelaku penipuan.
Pelaku penipuan cenderung memanipulasi pikiran korban untuk mempercayainya.
Hal ini dilakukan dengan mengelabui korban melalui informasi palsu atau tipu muslihat yang membuat korban tidak curiga.
Dengan begitu, korban akhirnya rela memberikan kepercayaannya sekalipun merasa ada yang tidak beres.
Penipuan juga bisa terjadi secara masif, di mana satu tindakan penipuan bisa menyangkut banyak orang sekaligus.
Baca Juga: CARI TAHU! Inilah Perbedaan iPad dan Tablet Android, Ternyata Bukan Hanya dari Harga
Contohnya, sistem Ponzi yang terjadi di Amerika Serikat pada tahun 1920-an.
Dalam sistem ini, seorang penipu meminta uang dari para korban dengan janji tingkat pengembalian yang tinggi dalam jangka waktu yang singkat.
Namun, uang yang diberikan oleh korban ternyata tidak digunakan untuk investasi, melainkan digunakan untuk membayar pengembalian dana kepada investornya yang lebih awal.
Dalam ajaran Sutherland, kejahatan semacam ini disebut sebagai kejahatan berlebihan (over-conformity).
Baca Juga: Lecce vs Spezia Disiarkan Dimana?, Prediksi H2H dan Tempat Nonton Liga Italia: Minggu 21 Mei 2023
Hal ini terjadi ketika seseorang melakukan tindakan kriminal dengan mengikuti nilai-nilai dan norma yang berlaku di masyarakat atau kelompok tertentu.
Dalam sistem Ponzi misalnya, pelaku penipuan seolah-olah berada dalam kelompok bisnis yang terhormat dan melakukan praktik investasi.
Namun, bagaimana kita bisa mencegah terjadinya penipuan? Salah satu cara yang paling efektif adalah meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap potensi penipuan dan cara-cara menghindarinya.
Masyarakat perlu dididik untuk tidak terlalu mudah percaya dengan informasi yang diterima, dan untuk selalu memeriksa kredibilitas informasi tersebut.
Baca Juga: SIMAK! 4 Jenis-Jenis iPad dan Fungsinya, Pekerja Pro Wajib Tahu Nech.
Selain itu, akan lebih baik jika ada sosialisasi mengenai konsep white-collar crime Sutherland sehingga masyarakat tidak mudah terkecoh oleh tindakan penipuan yang dilakukan oleh orang yang berstatus sosial-ekonomi tinggi.
Masyarakat juga perlu belajar untuk mengenali ciri-ciri penipuan, seperti janji iming-iming yang terlalu bagus untuk menjadi kenyataan dalam jangka waktu yang singkat.
Dalam menghadapi kasus penipuan, kita perlu memahami aspek-aspek sosial-ekonomi, psikologis dan perilaku.
Baca Juga: PENTING! Begini Cara Memilih iPad yang Tepat, Sesuaikan dengan Kebutuhan Kamu
Dengan memahami aspek tersebut, kita akan lebih mudah untuk memahami kejadian yang terjadi dan mengembangkan cara yang efektif untuk menghindari dan mencegah terjadinya penipuan di lingkungan sekitar kita.
***