BERITA TREN – Satgas Penanganan Covid-19 Indonesia memberi peringatan keras, munculnya subvarian Arcturus bisa jadi ancaman baru bagi Indonesia, bahkan dunia.
Dinas Kesehatan DKI Jakarta laporkan, kasus Covid-19 subvarian Arcturus pertama di Indonesia ditemukan di Jakarta.
Namun, Kepala Seksi Surveilans Epidemiologi dan Imunisasi Dinas Kesehatan DKI Jakarta, dr. Ngabila Salama menyebut pasien Covid-19 yang diduga terinfeksi Arcturus pertama di Indonesia ini tidak memiliki gejala yang sama seperti yang ditemukan di India.
Varian ini awalnya dilaporkan muncul di India ini, hari ini telah menjadi ancaman serius di Singapura.
Satgas Penanganan Covid-19 merilis data terbaru, kasus Covid-19 di Indonesia pada Jumat (14/04/2023) pada pukul 12.00 WIB tercatat bertambah 1.017 kasus dibanding sehari sebelumnya.
Data dari Satgas Penanganan Covid-19 menyebut di Indonesia hingga Jumat kemarin mencapai 6.755.600 kasus, terhitung sejak awal pandemi pada 2020 lalu.
Sementara data kasus sembuh diketahui bertambah 463 orang, ini berarti total pasien Covid-19 yang telah sembuh dari infeksi mencapai 6.586.231 kasus.
Baca Juga: Diskusi dengan Gubernur Bali, Menpora Pastikan World Beach Games Digelar Walau ada Tim Israel
Dikutip dari akun Instagram @pandemictalks oleh BeritaTren.com, Singapura saat ini tengah serius menghadapi ancaman baru ledakan Covid-19.
Singapura merasakan serangan gelombang Covid-19 telah terjadi sejak satu bulan yang lalu. Hari ini tembus 4000 kasus per hari. Sebelumnya dilaporkan hanya 1.400 kasus per hari.
Menurut Menteri Kesehatan Singapura, Ong Ye Kung, sekitar 30 persen kasus yang ditemukan merupakan reinfeksi atau pasien adalah orang yang terinfeksi ulang.
Ong Ye Kung mengatakan, pasien Covid-19 yang dirawat di rumah sakit jumlahnya meningkat dibandingkan bulan lalu.
“Jika sebelumnya hanya ada 80 pasien, kini jumlahnya meningkat menjadi 220 pasien,” terang Ong Ye Kung.
Baca Juga: Tol Cisumdawu Sudah Siap Digunakan pada Mudik Idul Fitri 2023,Tapi Oprasionalnya Cuman 3 Jam
Dinas Kesehatan DKI Jakarta, sebagaimana diberitakan PMJ News, mengungkap temuan dua kasus Covid-19 subvarian Arcturus tanah air ada di Jakarta.
Dua pasien kasus Covid-19 subvarian Arcturus yang ditemukan ini berada di dua wilayah berbeda, pasien pertama tinggal di Jakarta Selatan dan pasien kedua berdomisili di Jakarta utara.
Menurut Kepala Seksi Surveilans Epidemiologi dan Imunisasi Dinas Kesehatan DKI Jakarta, dr. Ngabila Salama, varian Arcturus yang ditemukan di India mempunyai gejala baru yang beda dengan varian Covid-19 lainnya.
Dr. Ngabila Salama menjelaskan, gejala berbeda itu adalah antara lain, mata merah dan ada peningkatan kotoran pada mata.
Ia menerangkan, bahwa dua kasus yang ditemukan di wilayah ibukota itu tidak memiliki gejala mata merah.
Baca Juga: Permohonan Banding Kandas, Ferdy Sambo Tetap Jalani Putusan Hukuman Mati Sesuai Vonis Hakim
“Saat ini dua pasien Arcturus di Jakarta tidak menunjukan gejala mata merah,” kata dr. Ngabila Salama dalam siaran persnya, di Jakarta, Jumat (14/04/2023).
Tapi ada beberapa pasien Covid-19 dalam perawatan rumah sakit yang mengalami gejala mata merah, sambungnya.
“Kami sedang proses pemeriksaan genome sequencing,” terang Ngabila.
Masih dari keterangan dr. Ngabila Salama, ada pasien mengalami batuk kencang dan radang paru atau pneumonia.
Untuk itu, dia menyarankan, jika ada warga sakit menunjukkan gejala covid-19 seperti demam, mual, muntah, sakit tenggorokan, batuk, pilek, dan hidung tersumbat, sulit mencium bau, agar segera ke Puskesmas atau menghubungi petugas kesehatan.
“Pengobatan ini gratis,” tegas dr. Ngabila Salama.
Kemunculan virus Covid-19 varian XBB.1.16, yang dijuluki Arcturus ini telah menjadi perhatian serius Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).
Menurut dr. Ngabila Salama, selain mata merah dan belek, salah satu gejala lain yang mengikutinya adalah batuk kencang dan dada sakit seperti tertarik.
Ia meminta masyarakat jangan panik, tetapi tetap waspada terhadap varian baru ini.
“Selama pasien rawat di rumah sakit dan angka kematian tidak naik signifikan, seharusnya situasi aman terkendali,” kata Ngabila.
“Sebaiknya disiplin bermasker ditingkatkan kembali untuk cegah sakit,” tukasnya.
Ia juga mengingatkan, waspada pada anak-anak. Varian ini di India banyak yang menyasar ke anak-anak. ***